HINDARI 7 KONDISI TIDAK PROFESIONAL YANG MEMBUATMU AKAN MALU JIKA MEMILIKINYA
Menjadi pribadi dan sosok
profesional adalah sebuah tuntutan sebuah perkembangan bagi setiap manusia
dalam menyikapi kehidupan saat ini. Apalagi dengan kondisi dimana sisi
profesional dilihat dari berbagai macam aspek. Selain sebuah kepercayaan, profesionalitas
memiliki harga yang sangat tinggi. Tentu Anda juga ingin memiliki integritas
diri sampai pada jenjang profesionaltas. Apapun profesi Anda, profesionalitas
merupakan sisi harga diri yang sangat bergengsi dan terpandang.
Profesional dalam tulisan
ini bisa dimaknai sebagai sikap diri setiap manusia dalam bersikap dengan memosisikan
diri pada waktu-tempat yang tepat menggunakan kemampuan dan kapasitas dirinya (rigth
man in rigt place). Sampai sini semoga Anda tidak bingung. Seperti contoh,
seseorang memiliki kemampuan pada satu bidang tertentu kemudian dia dikenal sangat
ahli pada bidang tersebut. Dia bersikap dan bertindak sesuai dengan
kemampuannya, pun juga demikian dia digunakan pada kondisi dia dipandang mampu
melakukan hal demikian sesuai tanggung jawabnya. Dalam perspektif lain misalnya,
jika dilakukan antar lembaga maka sisi profesionalitas ini bisa dipahami jika
setiap lembaga menjalankan prosedural dan protokol yang berlaku pada waktu dan
tempat yang tepat baik secara internal maupun eksternal kelembagaan.
Sederhana ‘kan? Nah, dari
sisi ini lalu bagaimana Anda sebagai sosok profesional harus memosisikan diri. Ada
beberapa hal yang harus Anda hindari jika menginginkan label ‘Profesional’
tetap melekat pada diri Anda. Ingat, ke-7 hal ini harus Anda hindari!
1.
Tidak Menghargai Tim Kerja
Pertama dan satu
yang penting adalah menghormati dan menghargai setiap orang terutama tim kerja
mereka. Sosok profesional bisa melihat bahwa setiap orang memiliki kapasitas masing-masing
di setiap bidangnya. Tidak mengecilkan bahkan mengucilkan orang lain bahkan
rekan timnya sendiri. Sehingga dalam setiap tindakan yang diambilnya memiliki pertimbangan-pertimbangan
tersendiri. Pertimbangan tersebut menjadikannya mampu menempatkan setiap orang
pada tempatnya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Mampu mengendalikan,
mengarahkan, dan menghargai tim mereka. Profesional mengendalikan dan mengenali
tim kerja mereka secara khusus.
2.
Tidak Open Mind
Ketika berinteraksi
dengan rekan atau mitra dalam diskusi atau dalam sebuah program tetaplah memiliki
sikap diri yang selalu Open Mind. Open Mind berarti membuka
pikiran dengan kemungkinan isi diskusi dan pembahasan yang sangat beragam. Open
Mind berarti tidak kaku menyikapi satu hal yang baru dari setiap
pembahasan. Open Mind juga bisa dimaknai sebagai menemukan berbagai
macam cara untuk mencapai sebuah inti pembahasan (find the way). Jadi,
apapun kemungkinan yang bisa dilakukan dan diwujudkan dalam sebuah topik bahasan
jadi setiap kita harus bisa menyikapinya dengan sangat cantik dan anggun. Karena
orang profesional memiliki karakter siap menerima perubahan dan selalu ‘Open
Mind’.
3.
Tidak Mau Belajar dan Mengetahui Ilmu Baru
Terkait dengan
Open Mind, seorang profesional memiliki gaya belajar dan keinginan untuk
menggali ilmu-ilmu baru yang beragam. Konsumsi terhadap ilmu sangatlah tinggi,
hal ini dilakukan untuk membuka wawasan dan wacana yang mungkin bisa muncul
ketika menghadapi orang-orang yang beragam. Terlebih ketika mengenal ilmu baru,
antusiasme belajar dan mencari tahu sangatlah tinggi. Nampak jelas di wajah mereka,
aura curiosity yang tidak lekang oleh waktu. Orang-orang profesional
memiliki waktu-waktu khusus untuk terus belajar bahkan memiliki Mentor yang
mendampinginya untuk terus bertumbuh. Dengan adanya Mentor, mereka (orang-orang
profesional.pen) memiliki pemicu diri yang bisa memacu mereka bertumbuh dan
semakin ‘haus’ ilmu. Profesional memacu dirinya dengan adanya Mentor.
4.
Tidak Memiliki Pengalaman
Jika Anda pernah
membaca di Buku Sinar Dunia ketika Sekolah Dasar (SD) dulu di bagian kosong bawah
buku dengan sangat jelas, ‘Experience is the best Teacher’. Tulisan itu
bermakna bahwa pengalaman adalah sebaik-baiknya guru. Nah lho, pengalaman-pengalaman
apa yang sudah membentuk Anda sejauh ini? Sudah berapa ‘krikil kehidupan’ yang
menjadikan Anda kuat. Bagaimana tidak
bahwa pegalaman tentu membuat Anda semakin lihai dan ahli dalam menyikapi
kehidupan. Sebagaiamanpun kehidupan melilit seperti benang layangan kusut,
namun jika pengalaman membuat Anda mampu membuka benang kusut tersebut, sungguh
pengalaman Anda sangatlah berguna. Pengalaman ini menjadi salah satu bagian
dari wawasan hidup yang sudah dilalui. Ketika bersinergi dengan mitra, bersikap
dalam mengambil keputusan penting kelembagaan, pengalaman membangun insting
beritndak dan bersikap. Jika tidak memiliki pengalaman, bagaiamana Anda akan bertindak
dan bersikap? Ragu-ragu menjadi pilihan Anda dan hal itu sangatlah tidak
profesional. Kalaupun Anda mengambil sikap dari tidak adanya pengalaman, ya
bisa saja menjadi pengalaman baru, namun hasilnya tentu belum cukup maksimal. Hal
ini namanya belajar dan bertumbuh. Profesional harus mengambil langkah untuk
tumbuh dan berpengalaman.
5.
Tidak Bertanggung Jawab
Terlebih lagi
yang ini, bukan banget bagi seorang profesional. Seorang profesional punya
integritas tinggi terhadap apa yang dilakukannya dan bertanggung jawab terhadap
hal demikian. Bagaimanapun resiko dan konsekuensi yang mungkin akan ditanggung
dari sikapnya, dia (profesional.pen) siap dengan semua itu. Bertanggung jawab merupakan
bagian dari integritas sikap profesional. Banyak orang lari dari tanggung jawab
karena tidak bersiap dan tidak memiliki kemampuan menanggung beban dari apa
yang sudah diperbuatnya. Mereka berbuat semaunya dan lari dari semua itu. Membebani
pada orang lain dari apa yang sudah diperbuatnya. Kalau yang dibebani hal yang
baik mungkin tidak masalah, tapi yang dibebani adalah cela dan efek buruk dari
sikapnya. Sangat tidak profesional. Orang profesional bertanggung jawab dengan apa
yang diperbuatnya dan menuntaskan apa yang sudah dimulainya. Tanggung jawab
menjadi sebuah kekuatan bagi orang profesional.
6.
Tidak Komitmen dan Konsisten
Apalagi yang
beginian. Orang profesional memiliki komitmen dan konsistensi terhadap apa yang
sudah dilakukan dan disampaikannya. Kalaupun melenceng dari apa yang sudah
disampaikannya, ada pertimbangan khusus kenapa hal demikian terjadi. Kemudian muncul
alternatif sikap yang mungkin bisa dilakukan untuk memperbaiki kondisi yang
terjadi. Tentang ini saya ulas di Alasan Produktif bagi Seorang Profesional
silahkan di baca. Sosok profesional tidak mencari-cari alasan untuk mengabaikan
apa yang sudah direncanakannya. Apalagi ketika dalam urusan antar lembaga yang
sudah termuat dalam kontrak kerjasama khusus. Apa yang sudah menjadi
kesepakatan awal (dalam kontrak) adalah apa yang harus dilakukan bagi
profesional. Jika Anda adalah bagian dari lembaga atau perorangan yang terikat
dalam kontrak, maka sikap komitmen dan konsisten adalah yang harus dimiliki. Karena
profesional memegang komitmen dan konsisten dalam setiap sikapnya.
7.
Tidak Memiliki Attitude Baik
Terakhir dan
yang terpenting adalah sikap diri (attitude) yang baik. Tidak memiliki sikap
diri yang baik bukanlah pribadi profesional sejati. Seorang profesional memiliki
sikap diri yang senada dengan internalisasi dalam dirinya. Mereka sosok yang
profesional luar dan dalam, dari kulit sampai hatinya, dari sikap sampai tingkah
lakunya. Terlebih sikap mereka. Dalam bersikap profesional tetap profesional,
bertutur kata dan memiliki bukti jelas dari apa yang dikatakannya. Jika hal
demikian belum terjadi, maka ada ‘greget’ yang harus diwujudkan untuk membuktikan
bahwa dirinya memiliki ucapan yang bisa dipegang. Sosok profesional sangat
menjaga attitudenya terhadap sesama. Karena tidak beratitude adalah bukan
bagian dari pribadi sosok profesional.
Nah, setelah membaca tulisan ini, coba
refleksikan diri Anda, ‘Apakah Anda sudah jadi bagian profesional dalam diri
Anda?’. Maka, agar menjadi pribadi yang profesional hindarilah ketujuh hal ini
agar Anda benar-benar menjadi sosok ‘darah daging’ yang profesional. (L)
Ditulis oleh L. Helmi Sulaiman Haris, S.Kom.I., CH., CHt.
Executive
& Life Coach, Bussiness & Management Consultant, Trainer Nasional,
Pendamping/Fasilitator Koperasi dan UMKM, Executive Faciltator Based Instiute,
Trainer
FAST Indonesia, Trainer Kuncoro Leadership
Komentar
Posting Komentar
put ur comment here