PERTEMUAN-PERTEMUAN

Sebagai orang baru di Musirawas saya berpikir bagaimana saya harus melakukan akselerasi berbagai macam lini bermasyarakat dan profesionalitas dengan cepat. Berada di daerah dengan kondisi masyarakat dan potensi yang berbeda dengan kota yang pernah saya singgahi. Membangun komunikasi dan menjalin percepatan menjadi harga mati untuk sebuah perkembangan bagi saya. Dimanapun saya berada. Tidak ada alasan untuk tidak maju dan berkembang. Saya memiliki prinsip, ‘Indonesia adalah Kampung Nusantara dimanapun berada tetaplah bernama pulang’. Jadi, dimanapun saya berada harus menjadi rumah dan tempat yang familiar untuk tumbuh dan berkembang.

Hampir sebulan saya berada disni. Dalam tulisan berjudul Bisnis Kampungan sebelumnya, saya menyajikan potensi-potensi yang saya lihat selama melakukan observasi. Berkeliling sambil menikmati suasana kampung. Saya rasa dengan penjajakan observasi yang sangat singkat, potensi itu belum keluar sepenuhnya. Masih butuh melakukan riset pemetaan dan pengembangan wilayah yang dimiliki kampung. Namun, bagaimanapun potensi yang lahir di sekitar merupakan resources untuk menjadi pendorong agar semakin berkembang. Di Musirawas (Tugumulyo) ini memang merupakan daerah irigasi dengan air yang berlimpah, sehingga sangat layak pengembangan yang dilakukan yaitu pada bidang agro dan sektor-sektor yang terkait dengan hal demikian. Itulah potensi bumi dan kampung yang lahir sebagai identitas disini.

Sejauh perjalanan saya sampai kesini, saya teringat obrolan di Padepokan Thariqul Hikam bersama Ustadz Fauzan Muslim dan Kanda Suraen. Setiap Sabtu malam obrolan produktif kami yaitu mengkaji kitab dan berdiskusi tentang kehidupan-kehidupan manusia. Disela-sela diskusi, saya menyela tentang perjalanan hidup saya yang masih menjejak Indonesia, berpindah dari satu kota ke kota lainnya berkarir dan berkarya. Dari ungkapan saya ini, saya yakin kedua guru saya ini paham maksud saya. Karena saya merasa hati kita terpaut satu dengan lainnya. Menyikapi apa yang saya sampaikan, satu ungkapan yang langsung menyentuh adalah, ‘Kemanapun kamu pergi, kamu akan dipertemukan dengan orang-orang yang memiliki niat baik yang sama,’. Saya tersenyum yakin dengan ungkapan itu.

Seperti kali ini disini saat ini, dalam kehidupan dan perjalanan yang saya lalui saya dipertemukan dengan berbagai macam orang yang benar-benar menjadi skenario sebuah kebaikan. Seperti ketika bertemu dengan Mas Maryanto dan Pak Nur Wakhid kami membicarakan tentang kemasyarakatan dan pengembangan pendidikan Al Quran masyarakat di Dusun 4 dan 5 A Widodo. Kemudian bertemu dengan Kiai Mafluh, Pengasuh Pondok Pesantren Wali Songo Musiraws yang berbicara tentang bermasyarakat, pesantren dan pendidikan untuk anak. Kemudian tepatnya kemarin malam (27/5) saya dipertemukan Pak Gufron, Pengusaha dan Pengasuh Pondok Waqaf Tahfidz Al Mubarok dengan obrolan asik tentang beragama dan gerakan melalui pendidikan menghafal Quran.

Saya semakin yakin, bahwa ada pertemuan-pertemuan yang benar-benar dijanjikan untuk niat-niat baik yang tertanam kuat. Niat baik ini harus saya kuatkan untuk menyiapkan tahun-tahun bertemu dengan banyak orang baik nantinya. Perencanaan kebaikan juga harus dikuatkan dengan resources-resources yang terus ditemukan setiap harinya. Ada 3 kota yang saya impikan untuk menguatkan niat baik saya. Kota-kota tersebut adalah Yogyakarta sebagai tempat kelahiran pemikiran saya, Lombok sebagai tanah kelahiran dan Musirawas sebagai kampung halaman kedua saya.

Niat baik saya yang pertama yaitu memiliki keinginan untuk membangun Pondok Mahasiswa di Yogyakarta yang disana dididik generasi-generasi muda yang memiliki jiwa positif untuk membangun Nusantara. Kedua tepatnya di tanah kelahiran saya Lombok saya ingin membangun Pondok Pemikiran dan Kesejahteraan yang berorientasi pada pendidikan dengan kesehatan mental dan penguatan ekonomi melalui komunitas sosial enterpreneur. Terakhir yaitu disini, di Musirawas saya memiliki keinginan mendirikan Pondok Pesantren yang setelah melihat kondisi disini yang cocok adalah pondok pesantren yang dikemas dengan konsep ‘Eko-Pesantren’ yaitu pesantren yang asri dan memerhatikan lingkungan sekitar dengan penguatan konsep kewirausahaan dan pemahaman keagamaan. Itu niat baik saya yang tengah saya kuatkan. Disini, di Musirawas menjadi wilayah dimana saya yakin bahwa saya benar-benar sudah me-Nusantara. Disini mungkin tempat pasak dari niat baik itu dimulai.

Ditulis dengan sadar dalam sebuah refleksi harian

Bertemu dengan Orang-orang Baik

Musirawas, 28 Mei 2021

Komentar

Postingan Populer