KEMATIAN-KEMATIAN YANG MENJEMPUT

Setiap kali ada berita kelahiran selalu ada berita kematian yang membersamainya. Euforia kelahiran selalu disambut dengan kebahagiaan dan tangis bahagia, sedangkan kematian disambut dengan tangis haru dan kesedihan. Beberapa hari ini saya dihadapi dengan kondisi dimana saya menerima informasi duka dari keluarga, kerabat, dan tetangga sekitar. Informasi ini menuntut saya berpikir dan melakukan refleksi mendalam bahwa sesungguhnya kematian itu sangatlah dekat dan bisa datang kapan saja. Kala terduduk atau berdiri, bercanda atau bersedih, bertatap-muka atau sendiri, dan beribadah atau bermaksiat kematian bisa datang dalam kondisi kapanpun dan dimanapun itu. Dan sesungguhnya kematian sebagai pengingat bahwa hidup itu tidaklah abadi.

Semua orang berharap meninggalkan dunia dengan kondisi terbaiknya, yaitu kematian husnul khotimah dengan keimanan yang melekat dalam keyakinannya dan membawanya bisa bertemu dengan tuhannya. Kematian yang juga tidak memberikan beban terhadap keluarga yang ditinggalkan dan kematian yang menjadikannya dibicarakan dengan perkataan baik oleh orang yang masih hidup. Bahkan semasa hidupnya sudah terkumpul perbuatan dan amal yang menguncinya untuk memperoleh jariyah dan menemaninya dalam barzakh. Keluarga yang ditinggalpun selalu mengiringinya dengan doa-doa baik sebagai penjaganya dan menerangi gelapnya barzakh.

Lalu, ketika kematian sudah datang yang terpikir dalam diri saya adalah apa yang bisa dilakukan dari tubuh lemah yang sudah tidak bernyawa dalam tanah padat tidak berteman. Hanya amal yang bisa membantu merawat jasad yang lemah tak memiliki daya apapun. Sehingga, saya menganggap penting adanya kesadaran dalam diri setiap orang bahwa harus menyiapkan bekal terhadap kematian yang akan menghampiri. Bekal-bekal yang perlu disiapkan bisa dilakukan dengan beberapa cara seperti menguatkan keimanan dengan beribadah, menjalin silaturahim dan hubungan baik terhadap sesama, beramal baik dengan perbuatan dan perkataan, memelihara harta di jalan kebaikan, membangun kebermanfaatan sesama makhluk, mendidik keluarga yang taat dan bertakwa pada keyakinan yang dimiliki.

Dari semua yang mungkin bisa dilakuakan semasa hidup, saya teringat hadis Rasulallah SAW yang menjelaskan bawah ketika manusia menjemput kematian hanya 3 amal yang masih bisa menemani dan menerangi kematian itu. Ketiga amal tersebut yaitu: Pertama, Shodaqoh Jariyah yaitu terdiri dari harta yang ditunaikan di jalan perjuangan dan memiliki manfaat dalam jangka panjang; Kedua, Ilmu yang Bermanfaat yaitu ilmu yang diajarkan dan kemudian ilmu itu terus diajarkan pada generasi-generasi setelahnya; Ketiga, Doa Anak yang Sholih yaitu doa-doa yang diberikan oleh anak cucu yang tidak melupakan jasa dan amal baik dari yang telah mendahului.

Begitulah bekal-bekal yang perlu disiapkan sebelum kematian menjemput. Menguatkan perbekalan itu, seharusnya setiap kita yang hidup memiliki kesadaran bahwa hidup sejatinya adalah sementara. Tahap selanjutnya dari proses kehidupan adalah kematian yang belum diketahui ujung jalannya. Bahkan, kematian adalah awal dari kehidupan yang abadi nantinya. Sehingga menjadi penting persiapan akan kematian dilakukan sejak Anda membaca tulisan ini. Saat ini juga! Orang-orang yang terdahulu yang telah mendahului, coba hitung siapa mereka yang masih diingat dan meninggalkan karya dan peradaban. Mereka dikenang dengan caranya sendiri. Jika itu adalah kebaikan maka menjadi amal dan doa, jika itu adalah keburukan semoga kisah itu tertutup dan tidak berlanjut. Mereka adalah bagian dari kisah-kisah baik yang terus diceritakan hingga saat ini dan kita bagian yang mempelajarinya terus menjadi doa bagi mereka. (L)


Ditulis dengan sadar dalam sebuah refleksi harian

Ketika Semua Pergi Bertahap dalam Kematian

Musi Rawas, 23 Mei 2021 

Komentar

  1. Tulisan yang bermanfaat seperti ini juga semoga menjadi shodaqoh jariyah dan bagian dari ilmu yang bermanfaat. Semangat selalu berbagi kebaikan melalui tulisan, Kang Helmi :)

    BalasHapus

Posting Komentar

put ur comment here

Postingan Populer